• Home
  • Ruang Opini
  • Dari Surau ke Thawalib: Jejak Awal Pendidikan Islam di Ranah Sumatera

Dari Surau ke Thawalib: Jejak Awal Pendidikan Islam di Ranah Sumatera

Oleh: Mutia Fadillah
Kamis, 16 Oktober 2025 | 10:17
foto RRI
SEJARAH pendidikan Islam di Sumatera adalah kisah tentang transformasi pengetahuan, spiritualitas, dan kearifan lokal yang berpadu dalam satu napas, dakwah dan pendidikan. Jauh sebelum istilah “madrasah” dikenal luas, masyarakat Minangkabau sudah mengenal lembaga bernama surau, tempat anak-anak belajar mengaji, berdiskusi, sekaligus menempuh perjalanan spiritual.

Islam diperkirakan masuk ke Sumatera pada abad ke-12 hingga ke-13 Masehi melalui dua jalur utama, Aceh dan Malaka. Para pedagang Arab, Gujarat, dan Persia tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga ilmu agama. Menurut penelitian Ayub Handrihadi dan Bahaking Rama, proses Islamisasi berlangsung secara damai, melalui pendekatan budaya dan bahasa setempat.
“Para ulama saat itu tidak menghapus adat, tapi menyesuaikan ajaran Islam agar selaras dengan nilai lokal,” ujar Bahaking Rama dalam penelitiannya.

Lembaga pendidikan Islam pertama yang tumbuh dari proses ini adalah surau. Di Minangkabau, surau awalnya berfungsi sebagai tempat tidur anak laki-laki dan pusat kegiatan sosial. Namun sejak abad ke-17, fungsi itu bergeser menjadi pusat pendidikan dan penyebaran tarekat. Tokoh yang berjasa besar dalam perubahan ini adalah Syekh Burhanuddin Ulakan, murid dari Syekh Abdurrauf Singkil, yang memperkenalkan sistem pengajaran agama di surau sekitar tahun 1680 M.

Dari surau inilah kemudian lahir generasi ulama dan cerdik pandai Minangkabau. Di akhir abad ke-19, muncul nama Syekh Abdul Karim Qmrullah, atau Haji Rasul yang mereformasi sistem pengajaran dengan memperkenalkan kelas-kelas formal di Sumatera Thawalib Padang Panjang pada 1921. Sekolah ini menjadi pionir pendidikan Islam modern di Indonesia.
Tak lama kemudian, Zainuddin Labai El Yunusiy mendirikan Madrasah Diniyah pada tahun 1915. Ia menggabungkan pelajaran agama dengan ilmu umum seperti matematika dan bahasa Arab modern.

Sejarawan mencatat, Sekolah Adabiyah yang didirikan Syekh Abdullah Ahmad pada 1909 bahkan menjadi madrasah modern pertama di Nusantara yang menggunakan sistem klasikal dan kurikulum terstruktur. “Para pembaharu ini sebagian besar pernah belajar di Mekkah,” tulis Ayub Handrihadi, “dan mereka membawa semangat modernisasi tanpa meninggalkan akar tradisi.”

Surau, Thawalib, dan Diniyah adalah tonggak yang menegaskan bahwa pendidikan Islam di Sumatera bukanlah lembaga pasif, tetapi motor perubahan sosial. Ia membentuk watak masyarakat yang berpikir kritis, beradab, dan terbuka terhadap pengetahuan baru tanpa kehilangan identitas keislamannya.

BERITA LAINNYA
Menebang Hutan, Menggali Liang Kubur
Jumat, 11 Juli 2025 | 13:01
Menaikkan Insentif Fiskal untuk Pengendalian Inflasi
Jumat, 15 September 2023 | 17:20
Belajar Menjadi Guru Biologi yang Interaktif
Rabu, 12 Oktober 2022 | 13:39
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top