NTT, RIAUGREEN.COM - Mawar, dugong (Dugong dugon) berkelamin jantan yang dikenal sebagai
penghuni perairan Pantai Mali, Alor, terekam kamera sedang bermain
dengan satu individu bayi dugong. Penampakan langka ini berhasil diamati
oleh Engky Bain, anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, yang melihat
bayi dugong tersebut berenang bersama Mawar dan Melati (dugong betina).
Pada
video pendek berdurasi kurang dari satu menit itu, Mawar tampak
menggendong bayi dugong di punggungnya, lalu berenang kembali bersama
satu dugong dewasa lainnya, seperti sedang bermain.
Penemuan ini
dikonfirmasi oleh Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La'a
atau yang biasa disapa Pak One “Saya sudah sempat melihat bayi dugong
itu, namun seringnya dia dan dugong Melati menghindari kapal, tidak
seperti Mawar. Akhirnya kemarin anggota Forum berhasil mendokumentasikan
kemunculan ketiga ekor dugong tersebut bermain di dekat kapal. Jadi
kami ingin pastikan lamunnya cukup untuk tiga ekor dugong, Mawar itu kan
selalu berada di wilayah ini karena makanannya melimpah. Kalau perlu
dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu,” tambah Pak
One.
Ranny R. Yuneni, Koordinator Nasional Program Spesies Laut
Dilindungi dan Terancam Punah, Yayasan WWF-Indonesia mengatakan
“Kehadiran dua individu dugong lain selain Mawar membuktikan bahwa bahwa
ekosistem lamun di Pantai Mali, Alor memiliki kualitas ekologis yang
mampu menyediakan ruang hidup dan sumber pakan bagi dugong.”
Lanjut
Ranny, “Sebagai langkah lanjutan, WWF-Indonesia bersama mitra
pemerintah dan masyarakat berencana melaksanakan survei mamalia laut di
Alor pada tahun ini, mencakup pemantauan populasi dugong, lumba-lumba,
dan paus di perairan Alor. Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah
pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data
populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi
padang lamun sebagai habitat utamanya.”
Upaya konservasi lamun
di Alor telah dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut
Sekitarnya yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun 2024, WWF-Indonesia telah
melaksanakan survei awal untuk mendukung program rehabilitasi lamun di
perairan Pantai Mali. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi padang lamun di
kawasan ini termasuk dalam kategori padat hingga sangat padat (kategori
kaya/sehat) dengan tutupan 73–76%. Sebanyak delapan jenis lamun dari
dua famili teramati, termasuk jenis makanan favorit Mawar, Halophila
ovalis.
Peningkatan aktivitas wisata di sekitar habitat dugong
perlu diimbangi dengan penerapan kode etik wisata dugong secara ketat
untuk mencegah gangguan terhadap perilaku alami spesies tersebut.
“Keseimbangan antara konservasi dan pariwisata menjadi kunci. Wisata
berbasis konservasi harus memastikan bahwa interaksi dengan dugong tetap
aman, berjarak, dan tidak mengubah pola makan atau migrasinya. Termasuk
pengaturan jumlah kapal, kecepatan, serta etika pengamatan harus
diterapkan dengan disiplin,” ujar Ranny.
Direktur Konservasi Spesies
dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sarmintohadi,
S.Pi, M.Si., menyambut baik kabar bahagia ini. “Dugong merupakan biota
perairan dilindungi nasional dengan status Vulnerable menurut daftar
merah IUCN. Adanya dua individu baru dugong di Alor adalah bukti nyata
bahwa upaya menjaga ekosistem laut, khususnya padang lamun, membuahkan
hasil. KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui
pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan
pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat. Kami juga memberikan
apresiasi tinggi kepada masyarakat, mitra, dan lembaga yang selama ini
konsisten menjaga laut Alor, sehingga dugong dapat tetap hidup dan
berkembang biak di habitat alaminya,” ujarnya.
Kemunculan bayi
dugong ini menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di
Alor. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dan satwa laut dapat hidup
berdampingan secara harmonis bila habitatnya dijaga bersama.