DUMAI, RIAUGREEN.COM - Masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Untuk Keadilan (ARUK), mempertanyakan Amdal (analisa mengenai dampak lingkungan) maupun water management PT Pelindo regional I cabang Dumai, yang dituding penyebab terjadinya banjir di kota Dumai.
Hal ini, diperparah dengan di tutupnya lima anak sungai di area pelabuhan. Akibatnya, air yang tergenang maupun akibat pasang rob air laut, sulit menemukan jalan menuju ke laut. Akhirnya, banyak pemukiman masyarakat yang terendam karena banjir.
Demikian diungkapkan, Direktur eksekutif Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup Kota Dumai, Fatahudin SH.
Untuk itu, pihaknya mempertanyakan, soal analisa dampak lingkungan maupun water management maupun water treatment perusahan di dalam kawasan pelabuhan termasuk PT Pelindo.
"Banjir yang kerap terjadi tanpa bisa diprediksi, diduga kuat karena buruknya amdal, water management maupun water treatment perusahaan," ungkap Fatahudin.
Jika perusahaan di kawasan pelabuhan tidak mengindahkan atau menunjukan amdal dan water managementnya, pihaknya akan melayang surat ke komisi keterbukaan informasi publik dan ombudsman RI di Riau .
"Mengetahui dan meminta penjelasan tentang amdal maupun water management perusahaan merupakan hak publik. Jika perusahaan menolak kita akan melakukan gugatan ke Komisi informasi publik dan ombudsman," jelas Fatahudin.
Ketua Pecinta Alam Bahari, Darwis Mohamad Saleh menjelaskan, permintaan atas hilangnya pulau ancak akibat perluasan wilayah pelabuhan oleh PT Pelindo Regional I cabang Dumai, hingga kini belum ada penjelasan yang pasti, kendatipun General Manager PT Pelindo Jonatan Ginting menyebutkan jiak dirinya yakin pulau ancak merupakan milik negara dan telah mendapat restu kementrian perhubungan.
"Kami perlu bukti bukan omon-omon, tunjukan surat penunjukan penyertaan modal kerja negara untuk PT Pelindo. Jangan hanya sebatas omon-omon saja," jelas Darwis.
Musnahnya pulau ancak karena dampak reklamasi perluasan kawasan pelabuhan merupakan penyebab arus air laut langsung menuju daratan tanpa penghalang.
"Pulau ancak merupakan benteng penghalang aliran arus air laut saat pasang rob. Karena benteng penghalang sudah musnah, wajar jika banjir di kota tidak lagi bisa diprediksi," ujarnya. (saf)