• Home
  • Lingkungan
  • Peringati Hari Monyet Sedunia, Aksi Peduli Monyet dan AFJ Gelar Aksi, Desak Pemerintah DIY Segera Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet

Peringati Hari Monyet Sedunia, Aksi Peduli Monyet dan AFJ Gelar Aksi, Desak Pemerintah DIY Segera Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet

Senin, 15 Desember 2025 | 13:47
Peringatan Hari Monyet Sedunia

YOGYAKARTA, RIAUGREEN.COM – Bertepatan dengan Peringatan Hari Monyet Sedunia, sebanyak 15 aktivis dari Aksi Peduli Monyet, Animal Friends Jogja (AFJ), dan masyarakat sipil menggelar aksi publik di Titik 0 Kilometer Yogyakarta. Aksi ini hadir sebagai respons atas masifnya perdagangan monyet dan satwa liar lain yang bahkan secara terbuka berlangsung di pasar-pasar hewan di Yogyakarta, serta minimnya perlindungan hukum terhadap spesies tersebut.


Absennya regulasi yang tegas melarang perdagangan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu akar dari berbagai persoalan dalam upaya perlindungan spesies ini. Hingga kini, monyet ekor panjang belum masuk dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018. Padahal, Daftar Merah IUCN telah menetapkan monyet ekor panjang dalam kategori Endangered atau Genting akibat perburuan dan hilangnya habitat. Ketiadaan payung hukum ini, membuat praktik perdagangan monyet tidak dapat ditindak tegas, dan hal ini melanggengkan berbagai eksploitasi kejam atas nama hiburan, di antaranya praktik pemeliharaan monyet, pembuatan konten eksploitatif, hingga topeng monyet.


“Sudah saatnya Pemerintah DIY menerbitkan Peraturan Daerah yang secara tegas melarang perdagangan monyet di Yogyakarta. Perdagangan monyet bukan hanya persoalan pelanggaran etika terhadap satwa liar, melainkan juga ancaman serius bagi kesehatan publik melalui risiko zoonosis. Banyak orang menganggap monyet sebagai satwa yang lucu, layak dipelihara, dan bahkan dipertontonkan, misalnya melalui topeng monyet, padahal risikonya nyata, mulai dari penularan TBC, herpes B, rabies, hingga parasit yang dapat berdampak langsung pada manusia,” ujar Angelina Pane, perwakilan Aksi Peduli Monyet. Tak hanya itu, menurutnya, monyet juga memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan habitat alaminya. Sebagai penyebar biji, mereka berkontribusi langsung pada proses regenerasi hutan. Bencana ekologis yang terjadi belakangan di Indonesia yang jug akibat keserakahan manusia, seharusnya menjadi pengingat bahwa penghormatan terhadap seluruh bentuk kehidupan, termasuk satwa liar, adalah sebuah keharusan.


Dalam aksi ini, Aksi Peduli Monyet dan AFJ menggandeng seniman pantomim Wanggi Hoed, yang selama ini dikenal menggunakan tubuh sebagai medium kritik sosial. Melalui pantomim, Wanggi menghadirkan interpretasi tubuh monyet ekor panjang yang kerap diposisikan sebagai objek hiburan, komoditas, sekaligus korban kekerasan. Gerak tubuhnya merefleksikan relasi timpang antara manusia dan satwa liar, termasuk figur pawang topeng monyet dan penonton yang selama ini menikmati eksploitasi tersebut. 


“Tubuh menjadi ruang terakhir bagi mereka yang suaranya terus diabaikan. Pantomim memberi saya cara untuk memperpanjang suara monyet ekor panjang, yang selama ini tenggelam oleh arus hiburan dan konten media sosial,” kata Wanggi Hoed. Ia melihat seni sebagai medium untuk memutus normalisasi kekerasan terhadap satwa liar yang telah berlangsung selama puluhan tahun.


Selain itu, aksi ini juga terhubung dengan kerja kesenian Angki Purbandono, seniman yang sepanjang Desember 2025 menggelar open studio bertajuk (Membaca) Topeng Monyet di Cemeti Institute. Dalam open studio ini, Angki menelusuri topeng monyet sebagai artefak budaya yang dahulu dianggap hiburan, namun kini perlu dibaca ulang sebagai praktik eksploitatif terhadap satwa.


“Topeng monyet membawa nostalgia, tapi nostalgia itu menyimpan kekerasan yang lama kita abaikan. Melalui open studio ini, saya ingin membuka arsip, kostum, dan ingatan kolektif, lalu menempatkannya dalam dialog yang lebih jujur tentang relasi manusia dan satwa,” ujar Angki Purbandono. Ia menambahkan bahwa kolaborasinya dengan Aksi Peduli Monyet bertujuan mengembangkan arsip dan artefak menjadi medium kampanye yang relevan, baik dalam bentuk karya dua dimensi, tiga dimensi, video, maupun performans untuk gerakan selanjutnya.


Aksi Peringatan Hari Monyet Sedunia ini diharapkan mampu menjadi ruang pertemuan antara advokasi kebijakan, kerja-kerja komunitas, dan praktik kesenian, sekaligus menegaskan pesan yang tak bisa ditawar: monyet ekor panjang adalah satwa liar yang harus dilindungi dan tidak untuk diperdagangkan. Segala bentuk eksploitasi termasuk topeng monyet dan konten hiburan di media sosial, bukan hanya tidak etis, tetapi harus dihentikan sekarang.



BERITA LAINNYA
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top