• Home
  • Nasional
  • APPRI Mendorong Kesiapan Praktisi Humas dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi AI

APPRI Mendorong Kesiapan Praktisi Humas dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi AI

Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital dukung upaya kesiapan praktisi humas dalam hadapi masa depan industri yang terdampak teknologi AI
Kamis, 23 Oktober 2025 | 13:31

JAKARTA, RIAUGREEN.COM - Pemerintah Indonesia telah menyiapkan langkah serius untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan Artificial Inteligence (AI). Bahkan saat ini Pemerintah tengah menyusun peta jalan AI nasional agar pengembangan dan pemanfaatannya bisa dilakukan lebih terarah agar Indonesia bisa mandiri mengelola AI. Peta jalan ini juga diharapkan mampu memperkuat ekosistem pengembangan teknologi AI yang bisa mendukung penciptaan inovasi sekaligus melakukan mitigasi atas risiko yang ada.

Kontribusi ekonomi yang dihasilkan adopsi teknologi AI di Indonesia diperkirakan mencapai USD 366 miliar atau sekitar 12 persen dari total Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2030. Perkiraan ini tentunya sejalan dengan perkembangan adopsi AI secara global yang saat ini sudah mencapai 56 persen dan generative. AI diperkirakan telah menyumbang sebesar USD 4,4 triliun per tahun kepada perekonomian global. Sayangnya, Indonesia saat ini masih menduduki peringkat 46 dari 62 negara pada Global AI index tahun 2023 karena infrastruktur digital yang dianggap masih rendah[1].

Melihat perkembangan terkini terkait AI, Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI) bekerja sama dengan AI Centre of Excellence (ACE) - Ardent Communications Filipina menyelenggarakan lokakarya Masterclass AI bertajuk “Membangun Masa Depan Strategi Komunikasi Menggunakan AI”, yang bertempat di Kompas Institute, Jakarta.

Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital membuka kegiatan ini dan dalam pidatonya menyampaikan bahwa jurnalisme dan public relations sepenuhnya terdampak oleh penggunaan AI karena keduanya pada area komunikasi yang  sama. “Baik jurnalisme dan public relations bekerja untuk menyampaikan narasi komunikasi. Kalau jurnalisme kepada publik, praktisi kehumasan bekerja secara terarah dan sesuai sasaran audiens-nya namun sama-sama menyampaikan narasi komunikasi dan membutuhkan semua kemampuan manusiawi yang kita miliki. Terkait dengan teknologi AI, masa depan komunikasi bukan hanya ditentukan oleh teknologi tapi juga bagaimana kita sebagai manusia mampu mengendalikannya. Dan kesuksesan praktisi public relations di masa depan akan ditentukan oleh seberapa mahir kita menggunakan AI sebagai penguat strategis dan seberapa teguh kita memegang standar etika dan kemanusiaan,” kata Nezar Patria.

Ketua Umum APPRI 2024-2027 Sari Soegondo mengapresiasi kesigapan Pemerintah dalam mendorong pemanfaatan AI demi tata kelola layanan publik yang lebih efektif dan efisien. Termasuk menetapkan strategi pemanfaatan kecerdasan buatan nasional dalam lima sektor prioritas, yaitu layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan talenta, pengembangan kota pintar, dan keamanan pangan[2]. Selain menunjukkan besarnya komitmen Pemerintah dalam transformasi digital terkait pemanfaatan AI, hal ini juga menunjukkan betapa luasnya kesempatan PR dari berbagai sektor untuk memberikan dukungan. Karena itu, kebangkitan AI merupakan titik transisi penting yang bisa menentukan bagaimana praktisi humas bekerja ke depannya.

“Mungkin masih terdapat banyak pertanyaan, keraguan, bahkan ketakutan, akan bagaimana kita bisa menggunakan AI dengan tepat dan apakah kita dapat menciptakan hasil yang diharapkan. Terdapat pula banyak pemikiran apakah hal-hal yang kita lakukan dengan AI adalah etis, bertanggungjawab, positif dan efektif mencapai tujuan. Kegiatan kali ini diharapkan bisa menjawab sejumlah pertanyaan tersebut sehingga pelaku komunikasi bisa menggunakan AI secara efektif dan sebijaksana mungkin, agar manajemen kerja dan keluaran kerja kita lebih kompetitif. Ini merupakan wujud dari semangat APPRI untuk terus mengasah diri dan meningkatkan kompetensi kerja, dalam suasana kolaborasi bersama rekan-rekan organisasi serumpun yang lain,” kata Sari Soegondo.

Pembicara utama dalam lokakarya ini adalah Dr. Hemant Gaule, seorang praktisi PR yang menyampaikan sejumlah poin pembahasan antara lain bahwa pemanfaatan AI dilakukan bukan untuk menghasilkan produk akhir. Hemant bahkan memberikan contoh untuk menempatkan AI layaknya praktisi PR mengandalkan intern untuk sejumlah pekerjaan yang dilakukannya, sehingga perlu pengawasan lebih jauh dan revisi ketat sebelum menyerahkannya ke klien.

Selain itu, Hemant juga mengingatkan untuk senantiasa mengajarkan nilai-nilai penting kemanusiaan kepada AI agar hasil akhirnya bisa mengandung nilai-nilai tersebut. Karena itu, ia pun menekankan untuk senantiasa berbicara atau melakukan prompt menggunakan bahasa manusia. Menurutnya, cara terbaik dalam mendidik AI untuk melakukan apa yang diminta adalah membayangkan diri sebagai seorang pemimpin baik yang memberikan instruksi ke anak buahnya. Dengan demikian, hasilnya pun diharapkan bisa mendekati apa yang diinginkan.

Peserta lokakarya ini terdiri para praktisi PR dari perusahaan PR anggota APPRI, perwakilan pengurus dan anggota organisasi kehumasan antara lain dari Ikatan Pranata Humas (IPRA Humas), Forum Humas BUMN (FH BUMN), Himpunan Humas Hotel (H3I), Perhimpunan Humas Rumah Sakit Indonesia (PERHUMASRI), Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), serta akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), dan media. Kegiatan ini juga didukung oleh  Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).



BERITA LAINNYA
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top