CHANGSHA, HUNAN – Media OutReach Newswire – Pada pagi hari tanggal 13 Oktober, sebuah upacara penyerahan dan penggabungan Manuskrip Sutra Zidanku Chu (Volume II dan III), yaitu The Five Elements Decree dan The Offence and Defense Divination, ke dalam koleksi Museum Hunan diadakan dengan meriah.
Dalam upacara tersebut hadir tamu-tamu dari Tiongkok dan Amerika Serikat, termasuk Rao Quan, Wakil Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sekaligus Direktur Administrasi Warisan Budaya Nasional; Liu Hongbing, Anggota Komite Tetap Partai Provinsi Hunan sekaligus Direktur Departemen Publisitas Partai Provinsi Hunan; Jiang Difei, Wakil Gubernur Provinsi Hunan; Tang Wei, Wakil Direktur Administrasi Warisan Budaya Nasional; dan Chase Robinson, Direktur Smithsonian's National Museum of Asian Art di Amerika Serikat. Semua hadir bersama-sama menyaksikan momen bersejarah ini.
Selama upacara, Tang Wei, Wakil Direktur Administrasi Warisan Budaya Nasional, membacakan Surat Penyerahan Resmi Manuskrip Sutra Zidanku Chu. Chase Robinson, Direktur Smithsonian's National Museum of Asian Art, menyampaikan pidato. Liu Hongbing dan Rao Quan juga memberikan sambutan masing-masing.
Di akhir upacara, Direktur Rao Quan dan Menteri Liu Hongbing menyerahkan Daftar Inventaris Manuskrip Sutra Zidanku Chu. Langkah ini menandai kembalinya secara resmi karya berharga Order of The Five Elements Decree dan The Offence and Defense Divination, yang telah hilang di luar negeri selama 79 tahun, ke tanah airnya dan penggabungannya ke dalam koleksi Museum Hunan.
Manuskrip Sutra Zidanku Chu adalah manuskrip sutra tertua dengan nilai karya klasik yang pernah ditemukan di Tiongkok. Manuskrip ini secara sistematis merekam isi seperti astronomi, kalender, kosmologi, dan ramalan militer pada masa sebelum Dinasti Qin, serta merupakan bahan berharga yang tak tergantikan untuk studi arkeologi, filologi, studi dokumen, dan sejarah pemikiran. Keberhasilan pengembalian Order of The Five Elements Decree dan The Offence and Defense Divination kali ini menjadi contoh terbaik pemulangan barang budaya hilang Tiongkok melalui kerja sama internasional, dan pengembalian serta penggabungan manuskrip tersebut ke dalam koleksi dianggap sebagai pencapaian besar lainnya. Langkah ini tidak hanya melengkapi bab penting dalam silsilah peradaban Tiongkok, tetapi juga merupakan wujud nyata dari kepercayaan budaya dan kekuatan lunak negara. Pesan yang disampaikan kepada dunia adalah komitmen Tiongkok yang teguh dalam melindungi warisan peradabannya sekaligus menawarkan “pendekatan Tiongkok” yang sukses untuk pemulangan aset budaya semacam ini.
Sebagai lokasi penggalian asli manuskrip sutra tersebut, Hunan adalah rumah paling ideal bagi harta karun ini. Kembalinya manuskrip ini memungkinkan Museum Hunan menggabungkan fragmen asli manuskrip sutra Zidanku yang satu-satunya ada di Tiongkok (yang sudah ada dalam koleksi mereka) dengan benda budaya lainnya dari Dinasti Chu dan Han untuk membangun sistem riset, interpretasi, dan pameran yang lebih sistematis dan mendalam tentang budaya Chu. Dengan hal ini sebagai inti, museum berkomitmen membangun pusat akademik kelas dunia untuk riset budaya Chu.
Kembalinya manuskrip sutra ini bukan hanya merupakan “pemulangan memori peradaban melalui ruang dan waktu,” tetapi juga sebagai gema harmonis dari pertukaran budaya antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Museum Hunan menyatakan akan menjadikan peristiwa ini sebagai prolog untuk memperluas kerja sama internasional, agar gulungan kuno berusia ribuan tahun ini dapat bersinar dengan kejayaan zamannya di tanah kelahirannya dan bersama-sama menulis bab baru dalam warisan peradaban dunia.