BERLIN, JERMAN – Newsaktuell – Para pemimpin dunia menegaskan kembali komitmen mereka untuk menjadikan kesehatan sebagai prioritas politik dan fondasi bagi perdamaian dan ketahanan pada hari kedua World Health Summit, platform terkemuka untuk isu kesehatan global. Di tengah krisis geopolitik yang sedang berlangsung, para pemimpin global menyerukan tanggung jawab bersama untuk membentuk dunia yang lebih sehat dan tangguh melalui panggung World Health Summit.
“Jerman adalah dan akan tetap menjadi mitra yang andal dan berkomitmen bagi World Health Summit dan juga WHO. Mengingat tantangan saat ini, sangat penting untuk terus berdialog secara konstruktif dan bekerja sama memperkuat kesehatan global. World Health Summit memberikan kesempatan baik untuk memperdalam kerja sama dengan mitra internasional. Lebih dari itu, kami juga berkomitmen untuk memperkuat kerja sama internasional dan memperkuat lembaga-lembaga seperti WHO. Jerman akan memenuhi perannya sebagai pemimpin dalam kesehatan global dan kerja sama internasional. Hanya dengan cara ini kita dapat mengatasi tantangan kesehatan dunia,” tegas Nina Warken, Menteri Kesehatan Federal Jerman, dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).
“Mengambil tanggung jawab politik atas kesehatan berarti memilih untuk bekerja sama, berinvestasi, dan bertindak sebelum krisis berikutnya terjadi. Uni Eropa telah memilih arah tersebut, dengan memperkuat kapasitas kesiapsiagaan dan respons, serta mendorong solidaritas global melalui Global Health Resilience Initiative yang baru. Di dunia yang terfragmentasi, UE berdiri untuk kerja sama, kepercayaan pada sains, dan tanggung jawab bersama, karena kesehatan, keamanan, dan masa depan kita bergantung padanya,” ungkap Hadja Lahbib, Komisaris untuk Kesiapsiagaan dan Manajemen Krisis sekaligus Komisaris untuk Kesetaraan.
Para pemimpin juga menekankan bahwa keamanan kesehatan, pembiayaan berkelanjutan, dan solidaritas global harus tetap menjadi inti dalam membangun masa depan yang stabil dan adil.
“Di dunia yang terpecah dan penuh gejolak, investasi dalam kesehatan masyarakat tidak pernah sepenting ini, baik sebagai fondasi masyarakat yang stabil dan aman, maupun sebagai jembatan menuju perdamaian antar komunitas dan negara. Kami menyerukan kepada seluruh negara dan mitra untuk fokus pada hal yang paling penting: masyarakat yang kita layani, dan memanfaatkan kekuatan sains, kemitraan, dan inovasi untuk membangun masa depan yang lebih sehat, aman, dan adil,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Laporan Gallup Terbaru: Perdamaian, Kesehatan, dan Kesejahteraan Emosional Saling Berkaitan
Perdamaian, kesehatan, dan kesejahteraan emosional naik turun secara bersamaan, menurut laporan perdana Gallup State of the World's Emotional Health yang diluncurkan bersama World Health Summit. Berdasarkan 145.000 wawancara di 144 negara dan wilayah selama 2024, Gallup menemukan bahwa hampir empat dari sepuluh orang dewasa di dunia mengalami kekhawatiran atau stres berlebihan pada hari sebelumnya, ratusan juta lebih banyak dibanding satu dekade lalu. Pada 2024, 39% orang dewasa melaporkan merasa khawatir dan 37% merasa stres. Laporan kesedihan (26%), kemarahan (22%), dan rasa sakit fisik (32%) juga tetap tinggi, dan semuanya meningkat dibandingkan satu dekade lalu.
Laporan ini memadukan data Gallup World Poll dengan Global Peace Index dan Positive Peace Index dari Institute for Economics & Peace, untuk menunjukkan bagaimana kehidupan emosional masyarakat berkaitan erat dengan stabilitas dan kesehatan.
“Kolaborasi kami dengan World Health Summit menegaskan satu kebenaran sederhana: kesejahteraan emosional dan perdamaian bukanlah dua hal yang terpisah. Ketika salah satunya gagal, yang lain ikut terdampak. Di negara-negara yang kurang damai, orang jauh lebih mungkin mengalami kesedihan dan kemarahan, bahkan setelah mempertimbangkan perbedaan pendapatan. Emosi positif seperti tawa, kenikmatan, dan rasa dihargai lebih jarang terjadi di masyarakat yang kurang damai dan lebih bergantung pada PDB. Sebaliknya, emosi negatif tetap sangat berkaitan dengan kedamaian yang rapuh, menunjukkan bahwa meskipun perdamaian dapat mengurangi tekanan batin, ia tidak secara otomatis menciptakan kesejahteraan emosional yang lebih tinggi tanpa adanya dukungan ekonomi,” kata Jon Clifton, CEO Gallup.
“Data baru dari Gallup menegaskan apa yang kami saksikan setiap hari di World Health Summit: perdamaian, kesehatan, dan kesejahteraan emosional adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Distres emosional di tingkat masyarakat bukan hanya beban individu, tetapi juga tanda peringatan bagi kerentanan sosial, dan seruan untuk bertindak bersama. Dengan kolaborasi lintas sektor, kita bisa mengubah bukti ini menjadi solusi nyata yang memperkuat ketahanan dan stabilitas global. Itulah mengapa World Health Summit bangga bermitra dengan Gallup: bersama, kita mengangkat kesehatan sebagai agenda utama dunia,” kata Carsten Schicker, CEO World Health Summit menanggapi temuan ini dan menekankan pentingnya kemitraan ini.
Laporan Global Baru: Keamanan Kesehatan Dunia di Titik Kritis dalam Dunia yang Penuh Ketidakpastian
Sebuah laporan global baru yang diluncurkan hari ini di WHS 2025 menyoroti prioritas kesiapsiagaan untuk melindungi masyarakat dunia dari pandemi dan krisis kesehatan masa depan. Laporan Global Preparedness Monitoring Board (GPMB) 2025 menyerukan peningkatan investasi dalam layanan kesehatan primer, penilaian risiko secara real-time, dan kerja sama internasional guna memastikan komunitas lokal dan global siap menghadapi serta merespons pandemi berikutnya.
“Dalam dunia yang semakin tidak stabil dan penuh ketidakpastian, kesiapsiagaan nyata terhadap pandemi dan darurat kesehatan lainnya harus didasarkan pada sistem layanan kesehatan primer yang berfungsi baik dan memiliki pembiayaan yang kuat. Sistem layanan kesehatan primer yang kokoh menjangkau hingga ke komunitas, menyediakan layanan penting di masa damai dan membangun kepercayaan yang sangat diperlukan ketika krisis melanda,” kata Kolinda Grabar-Kitarović, Ketua Bersama GPMB dan mantan Presiden Kroasia.
GPMB, yang dibentuk pada tahun 2018 pasca wabah Ebola di Afrika Barat, bertugas memantau kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi dan krisis kesehatan lainnya. Inisiatif ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia.
“Untuk mengatasi ancaman baru seperti pandemi dan krisis iklim, kita membutuhkan sistem yang tangguh dan inklusif, pembiayaan inovatif, serta kemitraan yang memberdayakan kepemimpinan lokal. Ini membutuhkan pendekatan baru dalam perawatan—dengan memperkuat layanan kesehatan primer, melibatkan komunitas secara lebih erat, dan memastikan tenaga kesehatan terlindungi. Juga perlu kerja sama yang lebih kuat—berdasarkan solidaritas, kesetaraan, dan berbagi data, sampel, serta manfaat secara adil. World Health Summit mendorong perubahan ini dengan membangun kolaborasi dan menjaga kesehatan tetap menjadi prioritas utama agenda internasional,” komentar Axel R. Pries, Presiden World Health Summit, menanggapi laporan tersebut.
Links:
Tonton Rekamannya: WHS Signature Event: Taking Responsibility for Health in a Fragmenting World
State of the World's Emotional Health 2025
Global Preparedness Monitoring Board (GPMB) 2025 report: The New Face of Pandemic Preparedness