• Home
  • Nasional
  • Asia Jadi Pusat Investigasi Terbesar Terhadap Industri Telur Global

Asia Jadi Pusat Investigasi Terbesar Terhadap Industri Telur Global

Jumat, 20 Juni 2025 | 11:23
JOGJA, RIAUGREEN.COM - Asia, sebagai kawasan penghasil telur terbesar di dunia, menjadi pusat dari investigasi global terbesar yang pernah dilakukan terhadap industri peternakan ayam petelur. Investigasi ini dirilis oleh Open Wing Alliance (OWA)—koalisi yang terdiri dari hampir 100 organisasi perlindungan hewan, termasuk Animal Friends Jogja (AFJ)—bekerja sama dengan We Animals dan Reporters for Animals International.

Melalui rekaman penyamaran yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya, investigasi ini mengungkap kondisi mengenaskan di fasilitas produksi telur di 37 negara, termasuk Tiongkok, India, Indonesia, Israel, Georgia, Jepang, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Turki, dan Vietnam.

Temuan ini memperlihatkan praktik kekejaman terhadap hewan, lingkungan yang kotor, dan ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat—semuanya terjadi dalam rantai pasok yang digunakan merek-merek makanan global ternama termasuk Zensho Holdings yang berbasis di Tokyo, Jepang dan Aeon yang berbasis di Melbourne, Australia.
Temuan Penting dari Asia:

- Ayam-ayam dijejalkan dalam kandang sempit, bahkan tidak lebih dari selembar kertas A4, tanpa ruang untuk berdiri, berputar, atau merentangkan sayap
- Ayam mati dan membusuk dibiarkan dalam kandang bersama ayam yang masih hidup
- Telur dikumpulkan dari permukaan yang dipenuhi kotoran sebelum masuk pasar
- Risiko penyakit sangat tinggi akibat kondisi kandang yang kotor dan penuh sesak

“Investigasi ini mengungkap besarnya penderitaan dalam rantai pasok perusahaan makanan besar di Asia,” ujar Jonathon Tree, Manajer Regional Asia-Pasifik dari Open Wing Alliance.

“Sistem kandang baterai bukan hanya tidak berperikemanusiaan, tetapi juga berpotensi menjadi sumber krisis kesehatan masyarakat berikutnya,” tambahnya. 

Menanggapi temuan ini, Kintan Daeng, Manajer Kampanye Program Kesejahteraan Hewan yang Diternakkan, Animal Friends Jogja, menyatakan:
“Temuan ini harus menjadi peringatan keras bagi perusahaan-perusahaan makanan di Indonesia. Sudah saatnya mereka beralih ke rantai pasok yang lebih beretika dan bebas dari penderitaan hewan.”

Investigasi ini dirilis di tengah meningkatnya wabah flu burung di kawasan Asia, dengan kasus yang mulai menular dari hewan ke manusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang peran peternakan intensif dalam penyebaran penyakit zoonosis.
Perubahan Mulai Terlihat di Asia:

- Produsen telur besar di Tiongkok dan India mulai memperluas kapasitas produksi dengan sistem peternakan bebas sangkar (cage-free).

- Merek-merek regional semakin mendapat tekanan untuk memenuhi standar kesejahteraan hewan internasional.

- Namun banyak korporasi masih mengambil keuntungan dari sistem yang usang dan tidak manusiawi, yang membahayakan manusia maupun hewan.

Organisasi anggota Open Wing Alliance di Asia yang memimpin upaya mengungkap kekejaman, mendorong perubahan kebijakan perusahaan, dan meningkatkan kesadaran publik, antara lain:

Animal Friends Jogja (Indonesia)
Animal Kingdom Foundation (Filipina)
Animal Nepal (Nepal)
Animal Rights Center Japan
Animals Don't Speak Human (Indonesia)
Environment & Animal Society of Taiwan
Korea Animal Rights Advocates
Korean Animal Welfare Association
People for Animals Uttarakhand (India)
Planet for All (Hong Kong & Tiongkok)
Sinergia Animal (Indonesia & Thailand)
SPCA Selangor (Malaysia)

Sebagai bagian dari kampanye ini, lebih dari 100 tokoh publik di seluruh dunia telah menandatangani surat terbuka yang mendesak perusahaan makanan untuk menghapus sistem kandang baterai dari rantai pasokan mereka.

Konsumen, investor, dan regulator di Asia kini menuntut transparansi lebih besar serta standar kesejahteraan hewan yang lebih tinggi. Industri harus menjawab tuntutan tersebut.



BERITA LAINNYA
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top