Kemunculan buaya pertama kali diketahui oleh warga yang tengah beraktivitas di tepi sungai. Banyak yang mengaku melihat seekor buaya berukuran besar berenang dan berjemur di pinggiran sungai, hanya berjarak beberapa meter dari rumah penduduk.
“Saya kaget ketika melihat buaya mengapung di tengah sungai. Biasanya di situ anak-anak mandi. Sekarang kami larang keras mereka bermain di sungai,” ujar Bambang (41), salah satu warga setempat.
Video dan foto keberadaan buaya tersebut telah beredar luas di media sosial, memicu kekhawatiran masyarakat. Warga mendesak pihak berwenang untuk segera turun tangan menangani situasi ini.
“Kami berharap BKSDA segera bertindak. Ini bukan kejadian biasa. Lokasinya sangat dekat dengan rumah-rumah warga, dan bisa membahayakan keselamatan. Jangan tunggu sampai ada korban,” kata seorang tokoh masyarakat.
Kekhawatiran warga beralasan. Berdasarkan data yang dihimpun masyarakat, hingga Januari 2025 tercatat sedikitnya 13 insiden serangan buaya di desa tersebut. Tiga di antaranya berujung pada kematian, sedangkan sisanya menyebabkan luka ringan hingga berat.
Kepala Desa Tanah Merah, Agus Rudianto, membenarkan adanya penampakan buaya tersebut dan mengimbau seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Ia menegaskan bahwa pemerintah desa telah mengambil langkah-langkah pencegahan melalui edaran resmi.
“Kami sudah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar aliran sungai, untuk lebih berhati-hati. Sampai Januari 2025, ada 13 kasus serangan buaya di sini, tiga di antaranya menyebabkan kematian. Ini situasi yang sangat serius,” ujar Agus Rudianto, S.Kom.
Agus juga menambahkan bahwa pihak desa telah melaporkan kejadian ini kepada instansi terkait dan berharap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera mengambil tindakan.
Sebagian besar warga kini memilih untuk menghentikan sementara aktivitas di sekitar sungai, seperti mandi, mencuci, dan memancing. Sungai yang biasanya ramai dengan aktivitas harian mendadak menjadi sepi.
Diketahui pula bahwa kemunculan buaya tak hanya terjadi di Kecamatan Tanah Merah. Warga di Parit 18, Tembilahan Hilir, juga melaporkan melihat buaya di perairan sekitar.
Fenomena kemunculan buaya di kawasan permukiman ini menambah panjang daftar konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah pesisir Indragiri Hilir. Hingga berita ini diturunkan, warga masih menunggu respons dan langkah konkret dari pihak BKSDA. (rtc/rgc)