Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pola peralihan musim ini ditandai perubahan cuaca yang cepat. Cuaca cerah di pagi dan siang hari sering berubah menjadi hujan pada sore hingga malam. Hal ini menunjukkan bahwa musim kemarau bukan berarti tanpa hujan.
“Meski sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau, curah hujan signifikan masih sering terjadi, terutama sore dan malam hari,” ungkap BMKG dalam rilis resmi, Jumat (25/5/2025).
BMKG juga menyebut suhu udara siang hari terasa lebih hangat akibat kelembaban yang tinggi, karakteristik cuaca unik di masa transisi ini.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menegaskan bahwa meskipun sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, bukan berarti hujan tidak turun sama sekali. “Hujan masih ada, meski intensitasnya di bawah 50 mm per dasarian,” jelasnya.
Cuaca hujan ini disebabkan kondisi atmosfer yang labil, akibat interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban tinggi. Kondisi ini mendukung pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus yang dapat menimbulkan hujan lebat, petir, angin kencang, bahkan hujan es.
Fenomena ini dipicu oleh dinamika atmosfer regional hingga global, seperti aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) serta gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang terpantau aktif di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Selain itu, suhu muka laut yang hangat di sekitar Indonesia juga mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan. “Fenomena atmosfer ini menyebabkan hujan masih turun di banyak wilayah Indonesia,” tambah Guswanto.
Dalam sepekan terakhir, hujan lebat telah memicu bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah, mulai Aceh, Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa Timur, hingga DKI Jakarta.
BMKG mencatat MJO tetap aktif di kawasan Maritim Indonesia, dan gelombang Rossby serta Kelvin masih berpengaruh, terutama di wilayah barat Indonesia.
Untuk periode 20-26 Mei 2025, BMKG memprediksi fenomena MJO dan gelombang Rossby Ekuatorial akan tetap aktif, sehingga potensi hujan masih cukup tinggi.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang dan banjir. BMKG terus memantau perkembangan cuaca agar masyarakat dapat lebih siap menghadapi kondisi yang dinamis ini.