BEIJING, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Turnamen Sepak Bola Baidui Cup ke-42 resmi dibuka pada 8 Agustus di tengah hujan, membawa kesejukan musim panas yang menyegarkan bagi para pemain muda dan kembali membangkitkan semangat sepak bola di Beijing, kota yang dikenal sebagai “Dual Olympic City”.
Saat menyaksikan anak-anak bermain dengan penuh keceriaan dalam turnamen ini, legenda sepak bola Tiongkok Yang Chen, kini berusia 51 tahun, teringat akan masa kecilnya saat ikut serta dalam turnamen yang sama lebih dari empat dekade lalu.
“Saya sangat menikmati momen-momen seru dan menyenangkan itu — berlari bersama teman-teman, memberikan yang terbaik, dan mengejar kemenangan. Di sinilah mimpi saya bermula,” ungkap Yang, yang berasal dari Beijing dan ikut serta dalam dua edisi pertama turnamen ini.
Turnamen sepak bola remaja Beijing ini dikenal sebagai Baidui Cup. Pada edisi perdananya tahun 1984, sebanyak 112 tim mendaftar, dan dalam beberapa tahun terakhir jumlah peserta telah meningkat menjadi lebih dari 1.000 tim.

Edisi ke-42 Baidui Cup tahun ini digelar dari 8 hingga 17 Agustus. “Semakin banyak anak yang terlibat dalam turnamen tradisional ini. Mereka belajar satu sama lain dan meningkatkan kemampuan melalui pertandingan. Semangat mereka mencerminkan atmosfer sepak bola yang luar biasa di sini,” ujar Yang.
Turnamen kali ini berlangsung di lapangan-lapangan sepak bola di enam distrik di Beijing, disaksikan langsung oleh orang tua dan keluarga para pemain, baik saat hujan maupun di tengah teriknya musim panas.
Li Jinglin, bocah 10 tahun yang tampil untuk kelima kalinya dalam turnamen ini, menyebut Baidui Cup sebagai “acara paling ditunggu selama liburan musim panas.”
“Saya mulai bermain sebagai gelandang sayap kiri sejak usia lima tahun. Dua tahun lalu, penjaga gawang kami cedera, saya menggantikannya dan sejak itu terus bermain di posisi tersebut. Saya ingin mempertahankan kemenangan untuk tim kami,” katanya penuh semangat.
Wang Yibo, pemain depan berusia 9 tahun, melakukan debutnya di Baidui Cup setelah dua tahun berlatih sepak bola. Ia mendapatkan dukungan penuh dari orang tua, nenek, dan adik perempuannya.
Ibunya, Guo Lele, berkata, “Awalnya saya hanya berharap dia lebih sehat dengan ikut latihan tiap minggu. Tapi perlahan saya lihat dia termotivasi sendiri untuk terus berkembang. Saya yakin sepak bola akan selalu menemani tumbuh kembangnya.”
Seiring semakin besarnya pengaruh turnamen ini, kini semakin banyak talenta dari kota lain, bahkan dari luar negeri, ikut bergabung. Pelatih Ma Zhiqiang membawa timnya dari Kabupaten Rongjiang, Provinsi Guizhou, kampung halaman liga amatir terkenal di Tiongkok yang dikenal sebagai “Cun Chao” (Village Super League).
“Anak-anak saya berasal dari SD Chemin di Rongjiang. Saya baru 10 bulan melatih di sana, tapi saya sudah merasakan semangat dan tekad kuat mereka. Tanpa diragukan, Cun Chao sangat menginspirasi mereka. Mereka bermimpi bisa bermain di depan publik kampung halaman suatu hari nanti,” ujar Ma.
Anak-anak dari daerah pegunungan umumnya memiliki kekuatan kaki yang baik, meski masih perlu mengasah teknik, terutama jika dibandingkan dengan pemain muda dari klub-klub profesional di Beijing. Namun, penampilan mereka di Baidui Cup mengejutkan banyak pihak.
Ma menjelaskan, “Tim kami menjalankan strategi permainan dengan disiplin. Di babak pertama kami fokus bertahan, dan di babak kedua kami memanfaatkan kekuatan fisik untuk melakukan serangan balik. Kami sangat senang bisa meraih beberapa kemenangan di sini.”
Lin Qihang, kapten tim Rongjiang yang baru berusia 9 tahun, berlatih lebih dari tiga jam setiap hari sepulang sekolah. Ia berkata, “Sepak bola membuat saya lebih disiplin. Perjalanan kami ke Beijing adalah kesempatan untuk belajar dari tim lain dan melihat dunia yang lebih luas.”
Datang dari ribuan kilometer jauhnya, Christiano Konono yang berusia 11 tahun asal Zimbabwe, turut berkompetisi di Baidui Cup bersama timnya dari Jadel Football Academy, sebuah klub muda di Beijing yang didirikan oleh mantan pemain profesional Walter Musanhu pada 2019.
Jadel mengirim lima tim dari berbagai kelompok usia, dengan sekitar 150 pemain dari Tiongkok, Zimbabwe, Jepang, dan negara lain. Musim dingin nanti, Musanhu akan membawa pemain asal Tiongkok ke Zimbabwe untuk merasakan budaya sepak bola Afrika.
“Saya sangat mencintai anak-anak ini. Mereka perlu didukung. Saya ingin mereka meraih lebih dari apa yang saya capai sebagai pemain sepak bola. Saya ingin mereka memiliki kenangan terbaik dalam hidup mereka,” ujar Musanhu.
Melihat perkembangan turnamen ini, Gao Jun, Sekretaris Asosiasi Sepak Bola Beijing, mengatakan, “Seiring meningkatnya popularitas turnamen ini, kami menyelenggarakannya setiap tahun. Tidak ada alasan untuk berhenti.”
Baidui Cup telah menjadi turnamen sepak bola remaja ikonik yang didukung oleh semangat generasi muda dan dorongan dari keluarga mereka. Hampir semua pemain elite asal Beijing, termasuk mantan pemain tim nasional Shao Jiayi dan Liu Ying, menunjukkan bakat mereka pertama kali di ajang ini.
“Perjalanan lebih dari 40 tahun ini tentu tidak mudah. Saya berharap semakin banyak pemain muda yang bersinar di Baidui Cup dan berkontribusi bagi sepak bola Tiongkok dan industrinya,” kata Shao, yang kini menjabat sebagai pelatih kepala klub Qingdao West Coast di Liga Super Tiongkok.