WUHAN, CHINA – Media OutReach Newswire – Selama Festival Bunga Pir pada bulan April, Desa Tudianzi yang terletak di pegunungan Badong, Provinsi Hubei, Tiongkok, menyambut lebih dari 50.000 pengunjung dalam dua hari. Para wisatawan terpesona oleh inovasi seperti lampu jalan terintegrasi tenaga surya yang menerangi jalan desa, stasiun pengisian kendaraan listrik berdaya tinggi yang menghilangkan kecemasan jarak tempuh, dan masakan tradisional Tujia yang dimasak di dapur listrik sepenuhnya—sebuah pameran nyata dari revitalisasi pedesaan berkelanjutan.​

Dari Desa Tudianzi yang terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, jurang berkabut Wu Gorge terbentang memukau di kejauhan, sementara hamparan bunga pir yang ditanam secara terasering menghiasi lereng-lereng bukit. Semilir angin membawa aroma bunga yang lembut, menandai musim terindah di desa pegunungan etnis Tujia ini.

“Meja ini bisa mengisi daya ponsel saya secara nirkabel!” seru wisatawan Ny. Tan, terkejut saat ponselnya mulai mengisi daya di bangku bertenaga surya di koridor kuliner.

Terletak di Kabupaten Badong, Prefektur Otonom Enshi Tujia dan Miao, Desa Tudianzi memperoleh namanya sejak Dinasti Ming sebagai tempat peristirahatan bagi para pedagang di Jalur Teh Kuda kuno. Dahulu terisolasi di tengah pegunungan, kini desa ini dikenal luas sebagai model revolusi energi pedesaan, dengan operasi tanpa emisi karbon sepanjang waktu dan pasokan listrik hijau 100%.

Panel surya tersebar di seluruh penjuru—di atap rumah, paviliun, koridor, kandang ayam, hingga kandang babi. “Kapasitas surya desa ini mencapai 1.800 kW. Dalam satu jam operasi penuh, mampu menghasilkan 1.800 kWh, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh desa selama sehari,” ujar Chen Wentao, kepala pengembangan dari State Grid Enshi.

Dahulu, listrik yang andal hanyalah impian bagi penduduk. Infrastruktur daya yang sudah tua—dengan jaringan tunggal radial dan beban musiman yang fluktuatif—menjadikan desa ini rentan terhadap pemadaman berkepanjangan, terutama saat cuaca ekstrem.

Keterangan Foto: Seorang staf dari Perusahaan Listrik Negara Badong sedang memeriksa peralatan pembangkit listrik tenaga angin di Desa Tudianzi. (Foto oleh Lei Yong / Xinhua)

“Setiap kali badai petir datang, jaringan listrik selalu gagal dan seluruh desa tenggelam dalam kegelapan,” kenang Hu De'an, 75 tahun. Seperti banyak warga lainnya, Hu dulu sepenuhnya bergantung pada kayu bakar untuk penerangan dan pemanas. “Rumah kami penuh asap, tapi melihat kayu menumpuk di bawah atap adalah satu-satunya hal yang membuat kami merasa aman,” katanya.

Pada September 2020, Tiongkok memperkenalkan target ambisius “dua karbon”: mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan netral karbon pada 2060.

Studi menunjukkan bahwa bahan bakar biomassa tradisional seperti kayu bakar yang dibakar langsung hanya memiliki efisiensi 10–15%, sekaligus menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Ketidakefisienan ini menempatkan desa-desa di pedesaan Tiongkok dalam dilema besar—bagaimana membangun jaringan energi bersih dan tangguh tanpa mengorbankan keberlanjutan.

Terobosan datang pada Maret 2023, ketika Administrasi Energi Nasional Tiongkok bersama tiga kementerian lainnya meluncurkan inisiatif besar. Program ini mengutamakan proyek percontohan untuk mempercepat transisi energi pedesaan, menggabungkan adopsi energi bersih dengan tujuan revitalisasi pedesaan yang lebih luas. Pada Agustus 2023, State Grid Hubei Electric Power memimpin proyek demonstrasi unggulan di Desa Tudianzi dengan tiga pilar: pasokan energi bersih yang stabil, pemanfaatan sumber daya yang efisien, dan pengembangan industri hijau.

Dalam kunjungan terbaru ke basis peternakan babi hitam desa—yang memproduksi lebih dari 4.000 ekor babi per tahun—wartawan menyaksikan integrasi luar biasa. Panel surya menghiasi atap kandang yang bersih tanpa bau, menampilkan modernisasi pertanian yang ramah lingkungan.

Transformasi ini berasal dari pembangunan pabrik biogas berkapasitas 30 kilowatt di dekat fasilitas. Dirancang oleh otoritas kelistrikan lokal, sistem ini mengumpulkan limbah ternak dan sisa dapur dari rumah tangga sekitar, kemudian memprosesnya dalam siklus tertutup “biomassa – biogas – listrik – pupuk”.

“Biogas dikonversi menjadi listrik, sementara hasil sampingannya—limbah cair dan padat—diproses menjadi pupuk untuk lahan pertanian, menciptakan sistem pemanfaatan biomassa sirkular dan pasokan energi bersih,” jelas Su Lei, insinyur senior di State Grid Hubei Electric Power Research Institute. Pemasangan tangki penyimpanan gas berkapasitas 80 meter kubik memastikan pasokan energi hijau di malam hari dan memungkinkan operasi lepas-jaringan saat dikombinasikan dengan sistem penyimpanan energi fleksibel.

Bagi petani lokal Feng Cailong, proyek ini membawa manfaat ekonomi nyata. “Dulu, membuang limbah babi bisa menghabiskan lebih dari 40.000 yuan per tahun. Sekarang, mengantarkannya langsung ke pabrik biogas tidak hanya menghemat biaya pembuangan, tetapi juga menghemat lebih dari 60.000 yuan setiap tahun dalam biaya listrik, desinfeksi, dan pupuk untuk penanaman pakan,” ujarnya.

Perkembangan ini mencerminkan transformasi energi pedesaan di Tudianzi. Setelah hampir dua tahun pembangunan, desa ini berhasil membangun sistem energi rendah karbon yang mengandalkan tenaga angin dan surya, dengan interaksi jaringan distribusi mikro yang gesit dan operasi terkoordinasi antara “sumber-jaringan-beban-penyimpanan”. Ekosistem industri multidimensi yang mengintegrasikan energi terbarukan, peternakan, dan ekowisata kini mulai terbentuk.

Pada 2024, konsumsi listrik desa melonjak menjadi 537.000 kWh, naik 188% dari tahun 2022. Sejak dimulainya revolusi energi, output energi terbarukan tahunan Tudianzi mencapai 1,44 juta kWh, setara dengan penghematan 472 ton batubara standar serta pengurangan emisi CO₂ sebesar 1.436 ton dan SO₂ sebesar 43 ton setiap tahun.

“Dengan total kapasitas energi terbarukan terpasang kini mencapai 1.871 kilowatt, kami tidak hanya mencapai pasokan listrik hijau penuh untuk seluruh desa, tetapi juga mengekspor surplus listrik dalam jumlah besar ke jaringan eksternal,” terang Yang Lin, pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Prefektur Otonom Enshi Tujia dan Miao.