SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Dalam rangka merayakan 60 tahun kemerdekaan Singapura (SG60), Singapore Pavilion di Venice Architecture Biennale 2025 mengundang para pengunjung untuk duduk di Meja Superdiversitas, sebuah imajinasi ulang yang menggugah mengenai pembentukan kota dan pembangunan bangsa melalui aksi universal: makan bersama.
Bertajuk RASA-TABULA-SINGAPURA, paviliun ini menginterpretasikan ulang konsep Latin tabula rasa (lembaran kosong) sebagai pengalaman multisensori. Di sini, RASA (cita rasa dalam Bahasa Melayu), TABULA (meja dalam Bahasa Latin), dan SINGAPURA (Kota Singa dalam Sanskerta) bersatu sebagai metafora identitas unik Singapura, yang terbentuk dari berabad-abad pergerakan, pertukaran, dan reinvensi. Paviliun ini merupakan inisiatif dari Urban Redevelopment Authority of Singapore (URA) dan DesignSingapore Council (Dsg), serta diselenggarakan oleh Singapore University of Technology and Design (SUTD). Kurator paviliun terdiri dari tim multidisipliner SUTD: Prof. Tai Lee Siang, Prof. Khoo Peng Beng, Prof. Dr. Erwin Viray, Dr. Jason Lim, Asst. Prof. Dr. Immanuel Koh, dan Assoc. Prof. Dr. Sam Conrad Joyce.
Paviliun ini menggunakan kegiatan makan, salah satu hobi nasional favorit warga Singapura, sebagai lensa kuratorial untuk mengeksplorasi bagaimana arsitektur, kebijakan, dan desain partisipatif beririsan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Melalui “menu” pilihan proyek arsitektur dan perencanaan kota, RASA-TABULA-SINGAPURA menyuguhkan “cita rasa” Singapura, dengan menampilkan berbagai elemen utama yang membentuk lingkungan binaannya. “Hidangan utama” menyoroti proyek dan distrik penting seperti Pinnacle@Duxton, hunian umum ikonik yang mencerminkan pendekatan inovatif Singapura terhadap pertumbuhan dan transformasi kota; sementara “hidangan pendamping” memperlihatkan inovasi dalam desain, kebijakan, dan pembangunan komunitas yang memperkuat posisi Singapura sebagai masyarakat multikultural.
Tampilan meja paviliun ini merefleksikan dan menerapkan tema kurator Biennale, Carlo Ratti—Intelligens: Natural. Artificial. Collective.—ke dalam konteks Singapura. Dengan mengangkat konsep “inteligensi” dan kata Latin gens yang berarti “rakyat,” paviliun ini mengekspresikan superdiversitas Singapura melalui ilustrasi konvergensi pengaruh global dan lokal, data kompleks, serta arus manusia, barang, ide, dan inovasi yang membentuk identitas unik Singapura dan pendekatannya dalam menata ruang hidup.
“Kami menampilkan tujuh ‘hidangan utama' di RASA-TABULA-SINGAPURA—masing-masing mencerminkan bagaimana Singapura merancang kehidupan dalam berbagai skala. Di Pinnacle@Duxton, kami mengeksplorasi konsep hunian vertikal sebagai kerangka superdiversitas—tempat kepadatan, desain, dan inovasi bersatu di langit. Beranjak dari proyek tunggal ke perencanaan skala distrik, proyek seperti Tengah dan Bandara Changi memperlihatkan penerapan prinsip desain serupa dalam membentuk ekosistem keterhunian dan mobilitas. Gagasan-gagasan ini kami lanjutkan melalui penelitian dan pengajaran di SUTD, di mana merancang masa depan berarti merancang untuk kompleksitas. Ini adalah ekspresi dari kota yang selalu berwawasan ke depan, selalu berproses menjadi,” ujar Prof. Khoo Peng Beng, Kurator Bersama Paviliun Singapura dan Kepala Pilar Arsitektur dan Desain Berkelanjutan di SUTD, sekaligus penerima President's Design Award.
Salah satu contoh utama lainnya yang ditampilkan di meja makan adalah CapitaSpring, pencakar langit tropis setinggi 280 meter di pusat Kawasan Bisnis Singapura yang menjadi simbol perencanaan progresif kota ini. Bangunan ini merupakan manifestasi kebijakan Landscaping for Urban Spaces and High-Rises (LUSH)—yang mewajibkan pengembang untuk mengganti ruang hijau yang hilang di tanah dengan lanskap vertikal. Lebih dari 80.000 tanaman ditanamkan ke dalam struktur gedung, termasuk Green Oasis empat lantai yang terletak 100 meter di atas tanah—salah satu taman publik tertinggi di gedung komersial di Singapura.
Melalui instalasi interaktif dan suasana pameran yang terinspirasi dari kegiatan makan bersama, RASA-TABULA-SINGAPURA menghidupkan “jamuan kota” ini dan mengajak pengunjung untuk merenungkan bagaimana pandangan kolektif terhadap aspek alami, artifisial, dan sosial dapat membentuk ruang-ruang yang mencerminkan kebutuhan, nilai, dan aspirasi bersama. Paviliun ini menjadi forum hidup tempat pengunjung dapat memahami bagaimana desain, data, dan keragaman berpadu membentuk lanskap kota Singapura dan sistem-sistem saling terhubung yang menopangnya.
“Melalui perencanaan dan desain kota yang cermat, kami menciptakan lingkungan yang menginspirasi cara kita hidup, bekerja, bermain, dan berinteraksi. Di kota seperti Singapura yang terbatas lahan, kita perlu menyeimbangkan antara kepadatan, keragaman, dan desain. Kebijakan perencanaan, nilai budaya, prioritas lingkungan, dan kebutuhan komunitas dipertimbangkan dan diintegrasikan untuk menciptakan ruang-ruang yang inklusif, tangguh, dan adaptif. RASA-TABULA-SINGAPURA menyajikan peta sensori dari pendekatan ini, mengajak pengunjung merasakan proses-proses pemikiran yang telah membentuk transformasi bangsa kita selama 60 tahun terakhir. Ini bukan sekadar pameran tentang apa yang telah kita bangun, tetapi juga refleksi tentang bagaimana kita membayangkan—dan terus membayangkan ulang—masa depan kita,” ujar Yap Lay Bee, Komisioner Bersama Paviliun Singapura dan Direktur Grup (Arsitektur & Desain Kota) di URA.
“Sebagai negara yang dibangun melalui desain, kebutuhan sosial ekonomi, demografi, kebijakan, dan kompromi spasial telah membimbing perencanaan kota kami. Kecerdasan semacam ini tidak hanya mencerminkan pembangunan berbasis desain selama 60 tahun terakhir, tetapi juga akan terus menjadi kompas untuk masa depan. Dengan menitikberatkan pada konsep superdiversitas, Paviliun Singapura tahun ini di Venice Architecture Biennale menunjukkan bagaimana perpaduan perbedaan multikultural, sejarah kolektif, desain, dan teknologi baru membuka peluang bagi masa depan kota yang lebih inklusif dan adaptif,” kata Dawn Lim, Komisioner Bersama Paviliun Singapura dan Direktur Eksekutif Dsg.
Paviliun Singapura di Venice Architecture Biennale 2025 akan berlangsung dari 9 Mei hingga 23 November 2025.
Kunjungi https://singaporepavilion.sg/ untuk informasi lebih lanjut.