Strategi Memajukan Industri Karet Nasional

Oleh: Akmal Supriatna, Mahasiswa Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Sabtu, 04 Juni 2022 | 11:59

Indonesia merupakan produsen dan eksportir karet alam terbesar di dunia selain Malaysia dan Thailand dalam hal ini Indonesia unggul dalam sisi luas lahan. Namun, dari sisi produktivitas sangat jauh tertinggal dari dua negara tersebut. Jumlah pasokan karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan produksi yang stabil dan kebanyakan hasil produksi karet dari Indonesia  kira-kira 80 persen diproduksi oleh para petani kecil. Karena itu perkebunan pemerintah dan swasta memiliki peran yang kecil dalam industri karet domestik.

Produksi karet Indonesia kebanyakan berasal dari Provinsi Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Karet sering kali diterpa isu gejolak anjloknya harga karet yang membuat petani selalu menjerit, namun bebagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani karet.

Karet memiliki peran yang sangat penting bagi prekonomian Indonesia. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018, luas kebun karet saat ini adalah 3,6 juta ha yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi 2,5 juta kepala keluarga. Pada tahun 2019 luas areal karet hanya meningkat 0,32% dari tahun 2018, dengan angka produksi yang menurun 2,40 % dari 3,63 juta ton di tahun 2018, menjadi 3,54 juta ton di tahun 2019 (Ditjebun, 2018).

Menurunnya harga karet ditingkat petani sejak tahun 2013 hingga saat ini membuat ribuan petani di Sumatra Selatan menjerit karean harga hanya Rp6.000 – Rp7.000 per kilogram dan normalnya diatas Rp12.000 per kilogram. Harga karet ini tergantung dengan pasar internasional karena sebagian bahan baku diekspor ke luar negeri,

Hirilisasi karet disuarakan oleh beberapa pihak di Sumatra Selatan, namun hingga tahun 2020 tak satu pun pabrik ban berdiri si daerah tersebut. Banyak sekali faktor penyebabnya karena Sumtra Selatan belum memiliki pelabuhan laut. Terdapat Pelabuhan Tanjung Carat di Banyuasin hingga saat ini masih proses rencana pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah.

Menurut A Aziz Pane mengatakan bahwa keinginan pemerintah untuk membangun pabrik ban di sejumlah lokasi daeah penghasil getah karet terlalu kecil karena Indonesia  dinilai belum kuat dalam sektor hilir. “Membuat ban itu sekitar 25 persen menggunakan getah karet alam, sisanya komponen impor semua, hampir 72 persennya.”

Sektor hulu ini sangat penting karena bukan hanya terkait dengan kepastian adanya bahan baku yang baik dan berkualitas tetapi juga kepastian ketersediaan bahan-bahan penolong. Menurut Aziz juga mengatakan hal tersebut jika ada perusahaan swasta beniat membuat pabrik ban Indonesia maka harus menyediakan industri kimianya, karena Indonesia belum mampu seperti China dan india yang memiliki dari hulu sampai hilir.

Kondisi tersebut yang dinilai membuat investasi pembuatan pabrik ban di Tanah Air tidak pernah menarik bagi kalangan investor asing. Oleh karena itu Aziz menilai pemerintah yang harus turun tangan langsung untuk mewujudkan pabrik ban ini yaitu dengan membagun sektor hulu industri kimia.

Dia pun menjelaskan mengapa harus pemerintah yang turun tangan, karena untuk membangun industri hulu ini membutuhkan modal yang besar dan teknologi yang tinggi. Belum juga tingkat pengembalian keuntungan yang baru didapatkan dalam hitungan puluhan tahun ke depan.

Upaya pemerintah dalam meingkatkan perkembangan industri karet telah dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menyatakan bahwa “upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan harga karet antara lain Meningkatkan kerjasama Internasional Tripartite Ruber Council (ITRC) dan negara-negara pengekspor karet untuk mendorong peningkatan harga ekspor karet yang adil dan remuneratif melalui penerapan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS), Demand Promotion Schene (DPS), Supply Management Scheme (SMS) dan Pembentukan Regional Rubber Market (RRM) dan ASEAN Rubber Council (ARC).

Selain itu adapun kerjasama yang lain yaitu menyusun dan menetapkan rencana peningkatan pembelian dan harga karet untuk rakyat, peremajaan kebun karet rakyat untuk jangka panjang, pendek dan menengah, menyusun skema pendanaan untuk program peningkatan dan menyetabilkan harga pembelian karet rakyat, menyusun kebijakan, kelembagaan dan pembiayaan peremajaan kebun karet rakyat.

Kasdi Subagyo Sekjen Kementan mengatakan bahwa masing-masing Kementerian mempunyai tugas pokok dan fungsi, untuk Kementerian Pertanian salah satunya dengan meningkatkan pelaksanaan sistem pembinaan produk olahan karet rakyat dan mekanisme pembelian karet rakyat melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat (UPPB), membuat program pelaksanaan peremajaan kebun karet rakyat yamg mencangkup inventarisasi lahan perkebunan rakyat, pembenihan divesifikasi tanaman karet dengan tanaman lainnya, kelembagaan dan pembiayaan.

Pola diversifikasi yang dimaksud ini merupakan sistem usahatani diversifikasi berbasis tanaman perkebunan yang berlangsung dengan adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara dua komoditas atau lebih yang diusahakan oleh para pekebun atau petani dalam pemanfaatan sumber mineral dan organik yang ada pada tanah, sehingga antar komoditas tidak berlomba-lomba, melainkan saling subtitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi, sehingga terbentuk rantai ekosistem pemanfaatan zat-zat makanan secara tertutup.

Kasdi Subagyo pun mengatakan “Keuntungan pola tanah, diversifikasi sebagai salah satu langkah yang baru dalam memenuhi penyediaan kebutuhan pangan khususnya dilahan kering atau kebun yang semakin lama semakin sedikit. Membantu mengurangi ketergantungan produksi pangan dari lahan sawah yang tempatnya ada di pulau Jawa. Kegunaan dari tanaman sela di lahan kebun yaitu sebagai sumber pendapatan petani, penutup tanah yang dapat mengendalikan perkembangan gulma, mengendalikan erosi, sumber bahan organik tanah dan menjaga stabilitas lingkungan. Dengan adanya tanaman sela petani juga sering berkunjung ke kebun karetnya sehingga kebun menjadi lebih terpelihara dan tanaman sela dapat menjadi sumber pendapatan petani sebelum tanaman pokok perkebunan berproduksi.”

Berbagai macam usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk mendongkrak harga karet dan membuat berbagai macam upaya untuk meningkatkan perkembangan industri karet Indonesia, namun jika kondisi yang tidak kunjung membaik maka ancamannya bagi keberlanjutan petani bisa-bisa akan meninggalkan perkebunan karet dan petani juga bakal pindah haluan pada industri pertanian atau perkebunan yang lebih menguntungkan bagi para petani.

Dengan demikian menurut saya apabila pemerintah ingin membuat perkembangan industri karet Indonesia lebih baik, maka pemerintah harus mengetahui bagaimana keadaaan industri karet dari bawah dahulu. Memperhatikan para pekebun atau petani sejahtera atau tidak dan mendengarkan apa keinginan mereka untuk perkembangan industri karet Indonesia, sehingga dengan itu pemerintah dapat mengembangkan industri karet Indonesia lebih baik. Dan baiknya bagi para pekebun atau petani karet Indonesia tetap terus mempertahankan kualitas karet agar tidak kalah dengan negara-negara penghasil karet lainnya.


BERITA LAINNYA
Menaikkan Insentif Fiskal untuk Pengendalian Inflasi
Jumat, 15 September 2023 | 17:20
Belajar Menjadi Guru Biologi yang Interaktif
Rabu, 12 Oktober 2022 | 13:39
Korupsi Dana Bansos di Masa COVID-19
Jumat, 17 Juni 2022 | 22:43
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top