• Home
  • Inhil
  • Catatan Panjang Perburuan Bonita, Begini Penampakannya Setelah Ia Tertangkap

Catatan Panjang Perburuan Bonita, Begini Penampakannya Setelah Ia Tertangkap

Minggu, 22 April 2018 | 19:47
Harimau Bonita
INHIL, RIAUGREEN.COM - Perburuan Harimau Sumatera yang  dinamai "Bonita", di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, berakhir sudah, setelah Tim Terpadu yang terdiri dari Personel Polres Indragiri Hilir, Kodim 0314/Inhil, BBKSDA Riau, Yayasan Arsari Joyo Hadikusumo, PT. THIP, dan Arara Abadi, berhasil menembak hewan buas tersebut, dengan peluru bius, pada Jumat pagi, (20/4/2018). 

Tapi bukan perkara mudah dan butuh waktu yang cukup lama, hingga binatang dengan nama latin "Panthera Tigris Sumatrae" itu, akhirnya menyerah.

Dalam rentang waktu tersebut, binatang yang termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah  (Critically Endangered) atau dalam daftar merah spesies terancam menurut Lembaga Konservasi Dunia, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), sempat menyerang warga, dan menyebabkan tiga orang warganya menjadi korban, 2 orang diantaranya meninggal dunia dan satu orang luka di kaki, terkena cakaran.

"Tersangka" dari serangan maut itu diduga adalah individu yang diidentifikasikan sebagai "Bonita", seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina.

Berikut berbagai peristiwa dan upaya penanganan konflik yang melibatkan "Bonita", dinamai demikian, karena sering terlihat di Kebun Eboni PT. THIP, serta punya ciri khusus di kakinya, seperti yang terangkum di bawah ini.

1. Di awal tahun 2016, di wilayah Simpang Kanan Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir dan beberapa kebun milik PT. THIP Desa Tanjung Simpang, kucing besar dengan corak yang khas itu, mulai sering  terlihat oleh masyarakat Desa Tanjung Simpang maupun oleh karyawan PT. THIP.

2. Pada hari Selasa tanggal 23 Mei 2017, Bahtiar Hasibuan ( 42 tahun), warga Kanal 25 Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang, menginformasikan tentang adanya seekor harimau, yang sering berkeliaran di sekitar pemukiman masyarakat. Kemunculan si belang itu, telah menyebabkan masyarakat setempat menjadi resah, karena telah memangsa ternak peliharaan milik masyarakat. Harimau itu bahkan sempat mengejar anak dari Bahtiar.

3. Tiga hari sebelumnya, seorang warga yang bernama Arbain (45 tahun), warga Kelurahan Pelangiran, nyaris menjadi mangsa. Saat peritiwa itu terjadi, Arbain dan istrinya Liana (38 tahun), sedang bekerja mencari kayu di Parit 6 Kanal 27 Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang. Mujur, Arbain dan istrinya dapat menyelamatkan diri, namun cakaran harimau telah mengakibatkan kaki kiri Arbain mengalami luka terbuka/sobek.

4. Setelah kejadian tersebut, Kapolres Indragiri Hilir AKBP Dolifar Manurung S.I.K., M.si, memerintahkan Kasat Binmas AKP Lassarus Sinaga, S.H., (kedua pejabat Kepolisian tersebut telah menempati jabatan baru), melakukan koordinasi dengan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Riau, untuk penanganan permasalahan konflik harimau sumatera tersebut, supaya tidak ada lagi masyarakat, yang menjadi korban serangan harimau.

5. Pada hari Jumat tanggal 2 Juni 2017, Tim BBKSDA Riau, bersama dengan Personel Polsek Pelangiran dan WWF Riau - Kepri, mengunjungi rumah Acok dan Bahtiar, 2 warga yang rumahnya sempat disatroni binatang buas tersebut. Tim juga meninjau lokasi, yang menjadi TKP konflik harimau dengan masyarakat.

6. Dalam rentang waktu antara Bulan Juni 2016 hingga Bulan Januari 2017, sang macan masih sering menampakan diri dan terlihat oleh masyarakat Desa Tanjung Simpang dan Karyawan PT. THIP, baik di lokasi kebun masyarakat maupun di lokasi perkebunan milik PT. THIP.

7. Bulan Desember 2017, Tim BBKSDA Riau, melakukan upaya pemantauan, dengan memasang kamera jebakan, di area yang sering menjadi perlintasan harimau, yaitu di hutan belukar B 29 Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang dan Kebun warga milik Siman, yang bersempadan dengan kawasan kebun PT. THIP, namun upaya ini tidak membuahkan hasil. Binatang yang kadang dipanggil "Datuk" oleh mayarakat setempat, seperti raib, karena dari hasil pengecekan yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2018, tidak terlihat adanya harimau yang tertangkap oleh kamera jebakan.

8. Namun sehari sebelumnya, pada hari Rabu tanggal 3 Januari 2018 sekira pukul 10.00 WIB, terjadi serangan dari hewan buas itu, yang menerkam dan memangsa Karyawan wanita Eboni Estate PT. THIP Desa Tanjung Simpang , bernama Jumiati. Korban yang beralamat di Perumahan Karyawan Eboni Estate PT. THIP Desa Tanjung Simpang, diterkam saat berkerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni Estate PT. THIP.

9. Pasca serangan mematikan itu, BBKSDA Propinsi Riau membentuk Tim Penanganan Konflik Harimau Sumatera di PT. THIP dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya  Polres Indragiri Hilir, BBKSDA Propinsi Riau, WWF, Tim Penanganan Satwa dari Arara Abadi dan Organisasi Penyelamat Konservasi Harimau Sumatera (PKHS). Tim ini melakukan berbagai kegiatan antara lain pencarian jejak, kotoran dan bulu, pemasangan kamera jebakan  sebanyak 11 unit dan pemasangan perangkap sebanyak 8 unit.

10. Antara Januari sampai dengan awal Maret 2018, warga dan karyawan PT. THIP, beberapa lagi mengalami perjumpaan secara langsung dengan predator teratas di rantai makanan itu. Harimau yang dikenal dengan nama "Bonita", ditenggarai mengalami inhabituasi atau menyimpang dari kebiasan harimau umumnya. Bila perilaku harimau lain, akan menghindari perjumpaan dengan manusia, dalam kasus "Bonita" ini, ketika terjadi perjumpaan dengan manusia, tidak berusaha menghindar, malah cenderung mendekat.

11. Tim Penanganan Konflik Harimau Sumatera sendiri, juga hampir menjadi korban berikutnya, ketika pada hari Selasa, tanggal 20 Februari 2018, anggota tim yang sedang melakukan identifikasi lapangan di Kawasan Greenbelt PT. THIP, sempat dikelilingi hewan carnivora itu. Selama lebih kurang 1,5 jam, anggota tim berjuang dalam batas tipis hidup dan mati. Tetapi sungguhpun dalam jarak yang ideal untuk menembak, karena  di dalam tim itu juga ada anggota Kepolisian, mereka memutuskan untuk hanya bertahan dengan cara berdiam diri dan tidak menembak Raja Rimba tersebut dengan peluru tajam. Akhirnya tim yang sempat berada dalam jarak serang "Bonita", berhasil dievakuasi, setelah datang bantuan dari Personel Polri lainnya, serta dari karyawan PT. THIP.

12. Rentannya petugas di lapangan dengan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, menyebabkan BBKSDA Riau, pada 4 Maret 2018, menambah kekuatan tim, dilengkapi dengan dokter hewan dan senjata berpeluru bius.

13. Pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 sekira pukul 19.00 WIB, kembali  terjadi serangan terhadap Yusri Efendi (34 Tahun), warga Desa Pulau Muda Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Korban meninggal dunia akibat diterkam oleh harimau, yang "pelakunya", diduga juga adalah Harimau Sumatera dengan id "Bonita". Peristiwa mengenaskan ini terjadi di RT 038 Simpang Kanan Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran.

14. Pasca serangan ini, pada hari Senin, 12 Maret 2018, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompimcam) Pelangiran, menyambangi Dusun Sinar Danau, dan melakukan pertemuan dengan masyarakat Dusun Danau Desa Tanjung Simpang. Hal ini dilakukan untuk meredam emosi masyarakat, agar tidak melakukan tindakan anarkis dan penanganan konflik harimau dengan warga ini, tetap diserahkan kepada aparat yang berwenang.

15. Dalam kondisi yang sempat menimbulkan sedikit gejolak pada warga setempat, atas prakarsa Kapolres Indragiri Hilir AKBP Christian Rony, S.I.K., M.H., pada hari Rabu, 14 Maret 2018, dilaksanakan pertemuan antara Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Indragiri Hilir yang dihadiri oleh PJS. Bupati Indragiri Hilir H. Rudyanto, S.H., M.Si., dan Kasdim 0314/Inhil Mayor Inf. Suratno, bersama dengan BBKSDA Riau, Pimpinan PT.THIP serta Forkompincam Pelangiran dan masyarakat Dusun Sinar Danau, untuk mencari langkah – langkah penanganan konflik harimau dengan masyarakat.

 Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan, diantaranya  adalah :
a. Membentuk Posko Penanganan konflik harimau, sehingga bisa dengan segera bergerak, apabila terjadi perjumpaan dengan hewan buas tersebut.
b. Membentuk Tim Terpadu yang terdiri dari unsur BBKSDA, TNI, Polri, Pemda, PT. THIP dan masyarakat
c. Dalam upaya evakuasi, harimau sumatera yang berkonflik, bisa dilumpuhkan dengan cara menembak kaki harimau dimaksud.
d. Dalam kondisi tertentu, demi menyelamatkan jiwa manusia, petugas bisa melakukan tindakan tegas.

17. Upaya Evakuasi menggunakan senjata dengan peluru yang mengandung obat bius, telah dilakukan sebanyak 3 kali, yakni :
a. Pada tanggal 16 Maret 2018, di Blok 62 Kebun Tembesu PT. THIP. Peluru yang ditembakan berhasil mengenai tubuh Bonita, tapi mantul kembali, sehingga obat bius tidak berkerja. Situasi malam hari dan minimnya penerangan, menyebabkan Bonita bisa menghilang di kegelapan malam.
b. Selanjutnya pada tanggal 19 Maret 2018, Bonita kembali ditembak  di Jalan Poros 29 PT THIP. Sama seperti sebelumnya, peluru yang berisikan obat bius, kembali mantull, setelah mengenai tubuh Bonita.

18. Pada hari Jumat, 20 April 2018 sekira pukul 06.15 WIB, di Blok 76-77 Afdeling I B Kebun Eboni PT THIP, "Bonita", berhasil dilumpuhkan setelah dilakukan penembakan bius. Evakuasi berjalan sangat lambat, dikarenakan akses ke lokasi yang sulit dan cuaca dalam keadaan hujan lebat. Proses ini membutuhkan waktu dan tenaga, berlangsung mulai dari pukul 07.00 WIB pagi, hingga pukul 18.00 WIB sore menjelang Maghrib. Harimau yang sudah dalam kondisi lumpuh tersebut, dpindahkan ke kandang evakuasi, dan harus digotong oleh anggota Tim, keluar dari lokasi, dan seterusnya dibawa ke Tembilahan, dengan speed boat.

19. Perjalanan selanjutnya adalah menuju Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya milik Yayasan Asari Djojohadikusumo, di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Perjalanan lewat jalur darat ini, menghabiskan waktu tempuh hampir selama 20 jam perjalanan.

Setelah proses panjang nan amat melelahkan, saat ini "Bonita" yang diperkirakan berumur empat tahun, akan menjalani hidup di tempat yang baru. Hewan  soliter ini akan diobservasi, penyebab dari perubahan perilakunya. Observasi tersebut akan jadi bahan rujukan, pabila ada lagi konflik antara masyarakat dengan Harimau Sumatera, di tempat lain. (tnr/sandi)

BERITA LAINNYA
BERIKAN KOMENTAR
Buy twitter verification Buy Facebook verification Buy Tiktok verification SMM Panel
Top